selamat datang di free movies and game

selamat datang semoga apa yang kami share berguna bagi anda semua . tolong di sebar luaskan.Sorry movie belum post

Kamis, 10 November 2011

Biografi Cheng-Ho

                                                                 Lukisan Diri Cheng Ho
                                                            Miniatur Kapal Cheng Ho
                                             Perbandingan Kapal Cheng Ho Dengan Colombus

Biografi

Cheng
Ho adalah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar
Yongle dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403-1424), kaisar ketiga dari
Dinasti Ming. Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma
Sanbao, berasal dari provinsi Yunnan. Ketika pasukan Ming menaklukkan
Yunnan, Cheng Ho ditangkap dan kemudian dijadikan orang kasim. Ia
adalah seorang bersuku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan
suku Han, namun beragama Islam.

Cheng
Ho berlayar ke Malaka pada abad ke-15. Saat itu, seorang putri
Tiongkok, Hang Li Po (atau Hang Liu), dikirim oleh kaisar Tiongkok
untuk menikahi Raja Malaka (Sultan Mansur Shah).

Pada
tahun 1424, kaisar Yongle wafat. Penggantinya, Kaisar Hongxi (berkuasa
tahun 1424-1425, memutuskan untuk mengurangi pengaruh kasim di
lingkungan kerajaan. Cheng Ho melakukan satu ekspedisi lagi pada masa
kekuasaan Kaisar Xuande (berkuasa 1426-1435).

Penjelajahan

Cheng Ho melakukan ekspedisi ke berbagai daerah di Asia dan Afrika, antara lain:

VietnamTaiwanMalaka / bagian dari Malaysia

Sumatra / bagian dari Indonesia

Jawa / bagian dari Indonesia

Sri LankaIndia bagian Selatan

PersiaTeluk PersiaArabLaut Merah, ke utara hingga Mesir

Afrika, ke selatan hingga Selat Mozambik

Karena
beragama Islam, para temannya mengetahui bahwa Cheng Ho sangat ingin
melakukan Haji ke Mekkah seperti yang telah dilakukan oleh almarhum
ayahnya, tetapi para arkeolog dan para ahli sejarah belum mempunyai
bukti kuat mengenai hal ini. Cheng Ho melakukan ekspedisi paling
sedikit tujuh kali dengan menggunakan kapal armadanya.

Armada

Armada
ini terdiri dari 27.000 anak buah kapal dan 307 (armada) kapal laut.
Terdiri dari kapal besar dan kecil, dari kapal bertiang layar tiga
hingga bertiang layar sembilan buah. Kapal terbesar mempunyai panjang
sekitar 400 feet atau 120 meter dan lebar 160 feet atau 50 meter.
Rangka layar kapal terdiri dari bambu Tiongkok. Selama berlayar mereka
membawa perbekalan yang beragam termasuk binatang seperti sapi, ayam
dan kambing yang kemudian dapat disembelih untuk para anak buah kapal
selama di perjalanan. Selain itu, juga membawa begitu banyak bambu
Tiongkok sebagai suku cadang rangka tiang kapal berikut juga tidak
ketinggalan membawa kain Sutera untuk dijual.

Kepulangan

Lukisan Jerapah yang dibawa oleh Cheng Ho setelah ke kembali dari Afrika Timur

Dalam
ekspedisi ini, Cheng Ho membawa balik berbagai penghargaan dan utusan
lebih dari 30 kerajaan - termasuk Raja Alagonakkara dari Sri Lanka,
yang datang ke Tiongkok untuk meminta maaf kepada kaisar Tiongkok. Pada
saat pulang Cheng Ho membawa banyak barang-barang berharga diantaranya
kulit dan getah pohon Kemenyan, batu permata (ruby, emerald dan
lain-lain) bahkan beberapa orang Afrika, India dan Arab sebagai bukti
perjalanannya. Selain itu juga membawa pulang beberapa binatang asli
Afrika termasuk sepasang jerapah sebagai hadiah dari salah satu Raja
Afrika, tetapi sayangnya satu jerapah mati dalam perjalanan pulang.

Rekor

Majalah
Life menempatkan Cheng Ho sebagai nomor 14 orang terpenting dalam
milenium terakhir. Perjalanan Cheng Ho ini menghasilkan Peta Navigasi
Cheng Ho yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15.
Dalam buku ini terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak
di lautan, dan berbagai pelabuhan.

Cheng
Ho adalah penjelajah dengan armada kapal terbanyak sepanjang sejarah
dunia yang pernah tercatat. Juga memiliki kapal kayu terbesar dan
terbanyak sepanjang masa hingga saat ini. Selain itu beliau adalah
pemimpin yang arif dan bijaksana, mengingat dengan armada yang begitu
banyaknya beliau dan para anak buahnya tidak pernah menjajah negara
atau wilayah dimanapun tempat para armadanya merapat.

Semasa
di India termasuk ke Kalkuta, para anak buah juga membawa seni beladiri
lokal yang bernama Kallary Payatt yang mana setelah dikembangkan di
negeri Tiongkok menjadi seni beladiri Kungfu.

Cheng Ho dan Indonesia

Cheng
Ho mengunjungi kepulauan di Indonesia selama tujuh kali. Ketika ke
Samudera Pasai, ia memberi lonceng raksasa "Cakra Donya" kepada Sultan
Aceh, yang kini tersimpan di museum Banda Aceh.

Tahun
1415, Cheng Ho berlabuh di Muara Jati (Cirebon), dan menghadiahi
beberapa cindera mata khas Tiongkok kepada Sultan Cirebon. Salah satu
peninggalannya, sebuah piring yang bertuliskan ayat Kursi masih
tersimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon.

Pernah
dalam perjalanannya melalui Laut Jawa, Wang Jinghong (orang kedua dalam
armada Cheng Ho) sakit keras. Wang akhirnya turun di pantai Simongan,
Semarang, dan menetap di sana. Salah satu bukti peninggalannya antara
lain Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu) serta patung yang disebut Mbah
Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong.

Cheng Ho juga sempat berkunjung ke Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan raja Wikramawardhana.

Perbandingan antara kapal jung Cheng Ho ("kapal harta") (1405) dengan kapal "Santa Maria" Colombus (1492/93).